Mengenai Saya

Foto saya
Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia
Saya berasal dari Singkawang Kalimantan Barat. Saya anak Suku Dayak Salako Garantukng Sakawokng. Saya cinta perdamaian. Saya cinta Indonesia.

Kamis, 21 September 2023

PUISI "REGO PAGAWOTN" berbahasa Badameo subsuku Dayak Salako Garantung Sakawokng Singkawang

  REGO PAGAWOTN

 

Rego pagawotn keke katawòk,

Karepóötn i-ngujatník ari,

Aík bajantóu'atník umpatn ká angitn,

Masoík kuitn-kuitn rego pagawotn,

Antoh sampe kamie nyo ó katawók,

Ngatawó'otn aku nang kaparotn,

Kadópm nagari anyian.

Rego pagawotn bageleh-geleh,

Basintakng buntakng nang maloncatn,

Batiti daukng nang batingópatnik i-aík bohók,

Antoh ando gék, parahu ayóuk,

Sak nyubarangók,

Nyubarangan barito urókng nang kasusohotn.

Rego pagawotn baguyúk ják kitók kowo.

Puisi "ANDARO NÓK BADAMO" berbahasa Badameo subsuku Dayak Salako Garantukng Sakawokng

 ANDARO NÓK BADAMO

 

Isók sáamar tajantóuk ka sisi marago,

Tasipakng andaro babúuk anyokng,

Apók pohoé ukók badaroh,

Kéetn-kéetn nagarotn nyó ó,

Ukók táapm mulaík ngarohakók.

Daroh ba nonorotn,

Ngimpusotn batisé nang alus,

Andaro nang anók badamo,

Antoh dai maé asalé.

Ukók nang táapm nyucukngík sengatn,

Andaro nók badamo anók bakato,

Móotne takatupm, takunci,

Anók mampu tabukók sorókng,

Ameo agík babisikngók.

Andaro,

Ukókngu kin táapm,

Sapatoh katopun anók hane takatóotn,

Ukók táapm mutusotn sengatne.

Puisi BINTOKNG karya Hendra Bahari berbahasa Badameo subsuku Dayak Dayak Salako Garantukng Sakawokng

 

BINTOKNG

 

Aku ta tanang bintokng ka angitn,

Bakadipm-kadipm baguyúk,

Nyucukgiök mato nang nanang nyó ó.

Io bagelehotn,

Ngulilingík taino nang ayók nyian,

Batangkapók sigale jukutn,

Nang se ngiro i-nók gagas i-matoé.

Ku tanang agík,

Kubobók agík ka pasúk atapm

Ku nyangkók nyó o ngampusiök aku.

Iyo bagense-gense,

Antohnyo raboh,

Ato gék tatiharukng tasipakng ka poho ayuknge,

Ku raso nyó o ngango bagelehík sampokng taino,

Sampokng nang i-sampeatnók ka JUBATO.

Kubebe'otn matoku agík,

Nanangók nyó o bintokng Karantiko,

Bintokng nang i-nyaritóotn kiotn nenékku baharék,

Tampatn bapintók rajaki padí baras.

Bintokng nang kahe seték,

Bintokng nang kuraso mansengatn,

Dahayo mabóök aku ka samaknge,

Barenyoh, ngiburatnók atié,

Nang bero ka kamudók é.

 

Takajutn aku ka bintokng kowo,

Sempók, tararakng dahayo dohotn,

Ayuknge ningóotn,

Antoh ampus kamaé nyó ó,

Duhani umpatn kakatiduratne.

Cerita Anak "Gawe Ngabayotn" karya Hendra Bahari

 


Gawe Ngabayotn

Gawe Ngabayotn (Gawai Padi Naik Dango) di Kampung Singkawang telah tiba, orang-orang sibuk mempersiapkan segala macam perlengkapan untuk merayakannya. Acara ini, dilaksanakan setiap tanggal dua puluh, pada bulan Mei atau bulan Empat dalam sistem penanggalan suku Dayak Salako Garantukng Sakawokng.

              Ritual Gawe Ngabayotn akan segera dimulai, tampak Mak Kinoh sibuk menyiapkan sesajian. Sesajian Mak Kinoh ditaruh di atas talam, yang berupa: beras kampung, beras kuning, telur, bontouk, tumpik, poek, ayam, daging hewan, tembakau, sirih, gambir, kapur, dan sebagainya. Sesajian itu akan segera i-sangohotn (dipersembahkan) kepada JUBATO oleh panyangohotn (pemimpin doa).

"Kutn, sini bantu mama menyiapkan sesajian," panggil Mak Kinoh.

"Ya Mak. Ada apa Mak?" sahut Tarukutn dengan sopan.

"Tolong Mamak, antarkan sesajian ini ke serambi. Kamu letakkan di dekat Nek Nampo," pinta Mak Kinoh.

"Baik Mak," jawab Tarukutn.

Dengan sigap dan hati-hati, Tarukutn segera membantu ibunya. Sesajian dibawa ke tempat ritual, setelah itu mereka berkumpul dan duduk di belakang panyangohotn.

              Nek Nampo nyagohotn (membacakan mantra doa) di depan sesajian yang disiapkan. Doa dipanjatkan lebih kurang satu jam. Sesudah ritual dilaksanakan, mereka makan bersama. Mereka juga berkunjung ke rumah-rumah tetangga, dan sanak saudara yang merayakan Gawe Ngabayotn sebagai bentuk silaturahmi.

Di Gawe ngabayotn tahun ini, Mak Kinoh dan Tarukutn terlihat bahagia.


Profil Penulis:

Hendra Bahari alias Hendrasius, seorang Petani Singkong. Berasal dari Kampung Pakunam, Sijangkung, Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia.

Cerpen "Enola" Karya Siswa kelas XI

 

Enola

 

Aku Enola.  Ya, Enola.  Bukankah nama ini terlihat indah? Tidak menurutku. Jika kau membacanya dengan terbalik maka itu akan menjadi "Alone". Nama ini mengandung arti kesepian, dan aku tidak suka itu. Seperti kisah yang telah kualami sejak itu, aku sadar bahwa nama ini ternyata memang benar-benar terjadi dihidupku. Rasa suka yang tiba-tiba datang tanpa terundang, menghadirkan kebahagiaan serta kegalauan yang menjadi satu. Menjadi jejak yang disimpan selama ini.

Bola mata yang indah, senyum yang dia pancarkan bersamaan dengan surai rambutnya yang hitam. Entahlah, aku tidak bisa menjelaskan rasanya. Rasa yang tidak familiar dan asing bagiku ini tiba-tiba datang dan mulai menghantuiku. Rasa bersalah yang terbesit begitu saja yang akhirnya perlahan kutahu arti rasa ini tidak lain adalah rasa suka.

Dengan mendengar dia yang berkata "akan lebih baik jika kita berteman hingga tua nanti, aku akan sangat bahagia" Disini aku merasa ini semakin salah, rasa bersalah ini menyakitkan dan tidak memberiku kesempatan untuk bahagia. Tetapi disini aku ingin mencoba menciptakan suasana kebahagiaan, lalu aku menjawab "Dan aku juga  akan bahagia" sambil tertawa bersama. Hahaha lucu saja dengan kalimat yang kulontarkan itu. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan yang ku rasakan saat itu.

Ada kalanya rasa suka tersebut tersalah artikan. Rasa suka yang dimaksud berbeda dengan rasa suka seperti Romeo dan Juliet. Aku salah mengartikan rasa suka sebagai teman akrab, ke rasa suka seperti Romeo dan Juliet. Benar, perasaan ini menjadi hal yang paling salah, hal yang paling tidak kusukai terbawa hingga saat ini. Aku tahu diriku dan dia merupakan sahabat, dan aku tahu bagaimana akhirnya. Aku sudah mencoba untuk melewati, melompati, membuang rasa itu, tetapi nihil, rasa suka ini terlanjur membekas dan menyakitiku.

Sebenarnya tidak jauh sesudah rasa suka ini ada, tanpa pemberitahuan yang jelas, aku pindah. Pindah selamanya dari tempat yang indah sekaligus menyakitkan itu. Kupikir dengan begini diriku akan cepat melupakan rasa suka tersebut. Ku coba untuk melupakan dengan melakukan hal-hal yang berbeda dengan dulu, hal yang tidak mengingatkanku akan dirinya. Namun bukannya menghilang, rasa ini meninggalkan jejak. Jejak yang kian berubah dari waktu ke waktu. Ya ini adalah rindu, rindu  ini membuatku mengingat semua kenangan yang telah dilalui bersama dengannya, memori indah yang meninggalkan jejak. Hingga tanpa kusadari perasaan yang kutanam sejak itu tumbuh, dan makin membesar. Rasa sukaku padanya tak pernah hilang. Kesal dengan dirinya, kenapa bisa hadir dihidupku. Apakah kita dipertemukan hanya untuk waktu yang singkat itu? Kenapa, kenapa kita tidak pernah bisa bertemu kembali. Aneh, diriku yang berucap seperti ini, padahal dirikulah yang menghindarinya. Aku tidak bisa melihat wajahnya, aku takut perasaan itu akan menjadi-jadi. Yang kutahu, Dia menganggap ku sebagai teman dekatnya, hanya sebatas teman. Rasa suka yang salah ini kini hanya menjadi cerita lama. Dan jujur yang sangat nyata. Aku sudah menaruh rasa sekian tahunnya.

Sekarang, aku ingin merubah pemikiranku tentang arti namaku. Kalau dipikir-pikir juga  nama ini tidak selamanya memiliki arti yang tidak bagus. Disisi lain, aku menemukan arti "alone" yang berarti aku bisa melakukan ini sendiri, jalan hidupku hanya aku yang tahu. Aku yang mengalami semua ini sendiri dan aku harus bisa menanganinya.

Memang benar pikirku, hubungan sahabat yang terjalin antara perempuan dan laki-laki tidak selamanya akan menjadi sahabat yang kekal, ada saja cobaan yang dialami. Diantara salah satu pihak pasti ada yang timbul rasa dan rasa tersebut akan menjadi potensi, apakah dua orang tersebut akan bersama menjalin romansa atau malah sebaliknya seperti keadaanku ini.

Puisi Ngauk Kapalo karya Hendra Bahari Singkawang 2024

 Ngauk Kapalo (Hendra Bahari Singkawang)   Nanang mato ka oncok bukit, Maok ijook gaik taraboh, Antoh mato dameo, Mato urok taraboh, Ka puhu...