Enola
Aku Enola. Ya, Enola. Bukankah nama ini terlihat indah? Tidak menurutku. Jika kau membacanya dengan terbalik maka itu akan menjadi "Alone". Nama ini mengandung arti kesepian, dan aku tidak suka itu. Seperti kisah yang telah kualami sejak itu, aku sadar bahwa nama ini ternyata memang benar-benar terjadi dihidupku. Rasa suka yang tiba-tiba datang tanpa terundang, menghadirkan kebahagiaan serta kegalauan yang menjadi satu. Menjadi jejak yang disimpan selama ini.
Bola
mata yang indah, senyum yang dia pancarkan bersamaan dengan surai rambutnya yang hitam. Entahlah, aku tidak bisa menjelaskan rasanya. Rasa yang tidak familiar
dan asing bagiku ini tiba-tiba datang dan mulai menghantuiku. Rasa bersalah yang terbesit begitu saja yang akhirnya perlahan kutahu arti rasa ini tidak
lain
adalah rasa suka.
Dengan mendengar dia yang berkata "akan lebih baik jika kita berteman hingga tua nanti, aku akan sangat bahagia" Disini aku merasa ini semakin salah, rasa bersalah ini menyakitkan dan tidak memberiku kesempatan untuk bahagia. Tetapi disini aku ingin mencoba menciptakan suasana kebahagiaan, lalu aku menjawab "Dan aku juga akan bahagia" sambil tertawa bersama. Hahaha lucu saja dengan kalimat yang kulontarkan itu. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan yang ku rasakan saat itu.
Ada kalanya rasa suka tersebut tersalah artikan. Rasa suka yang dimaksud berbeda dengan rasa suka seperti Romeo dan Juliet. Aku salah mengartikan rasa suka sebagai teman akrab, ke rasa suka seperti Romeo dan Juliet. Benar, perasaan ini menjadi hal yang paling salah, hal yang paling tidak kusukai terbawa hingga saat ini. Aku tahu diriku dan dia merupakan sahabat, dan aku tahu bagaimana akhirnya. Aku sudah mencoba untuk melewati, melompati, membuang rasa itu, tetapi nihil, rasa suka ini terlanjur membekas dan menyakitiku.
Sebenarnya tidak jauh
sesudah rasa suka ini ada, tanpa pemberitahuan yang jelas, aku pindah. Pindah selamanya dari tempat yang indah sekaligus menyakitkan itu. Kupikir dengan begini diriku akan cepat melupakan rasa suka tersebut. Ku coba untuk melupakan dengan melakukan hal-hal yang berbeda dengan dulu, hal yang tidak mengingatkanku akan dirinya. Namun bukannya menghilang, rasa ini meninggalkan jejak. Jejak yang kian berubah dari waktu ke waktu. Ya ini adalah rindu, rindu ini membuatku mengingat semua kenangan yang telah dilalui bersama dengannya, memori indah yang meninggalkan jejak. Hingga tanpa kusadari perasaan yang kutanam sejak itu tumbuh, dan makin membesar. Rasa sukaku padanya tak pernah hilang. Kesal dengan dirinya, kenapa bisa hadir dihidupku. Apakah kita dipertemukan hanya untuk waktu yang singkat itu? Kenapa, kenapa kita tidak pernah bisa bertemu kembali. Aneh, diriku yang berucap seperti ini, padahal dirikulah yang menghindarinya. Aku tidak bisa melihat wajahnya, aku takut perasaan itu akan menjadi-jadi. Yang kutahu, Dia menganggap ku
sebagai teman dekatnya, hanya sebatas teman. Rasa suka yang salah ini kini hanya menjadi cerita lama. Dan jujur yang sangat nyata. Aku sudah menaruh rasa sekian tahunnya.
Sekarang, aku ingin merubah pemikiranku tentang arti namaku. Kalau dipikir-pikir juga nama ini tidak selamanya memiliki arti yang tidak bagus. Disisi lain, aku menemukan arti "alone" yang berarti aku bisa melakukan ini sendiri, jalan hidupku hanya aku yang tahu. Aku yang mengalami semua ini sendiri dan aku harus bisa menanganinya.
Memang benar pikirku, hubungan sahabat yang terjalin antara perempuan dan laki-laki tidak selamanya akan menjadi sahabat yang kekal, ada saja cobaan yang dialami. Diantara salah satu pihak pasti ada yang
timbul rasa dan rasa tersebut akan menjadi potensi, apakah dua orang tersebut akan bersama menjalin romansa atau malah sebaliknya seperti keadaanku ini.